Selasa, 07 Desember 2010

SEJARAH TAHUN BARU ISLAM

Peredaran langit dan bumi, bulan, bintang, matahari dan benda langit lainnya, adalah salah satu bukti kekuasaan Allah Rabbul ‘Alamin yang hanya akan dapat dipahami orang-orang yang beriman. Dengan banyak memerhatikan dan membaca ayat-ayat Allah, akan bertambah dekatlah dirinya kepada Allah, dan bertambah pula keimanan dan kecintaan kepada-Nya. Dari pengaruh peredaran dan jarak antara bumi, bulan, matahari dan bintang-bintang itulah bergantung segala perkembangan dan kehidupan di muka bumi ini. Terjadi siang dan malam, musim panas, dingin, sedang, turunnya hujan, tumbuh dan berbuahnya segala tumbuhan dan binatang. Semua karena pengaruh peredaran bumi, bulan, matahari dan benda langit lainnya.

Permulaan Tahun Hijriyah

Sebuah dokumen penting telah disampaikan kepada Khalifah Umar bin Khattab dengan memakai tanggalnya hanyalah bulan Syakban semata, sehingga Khalifah Umar sampai-sampai mengatakan : ‘’ Syakban mana? Syakban yang sedang kita hadapi inikah, atau yang akan datang, atau yang sudah lampau?’’

Dalam menelusuri sejarah penetapan tahun hijriyah itu dikabarkan, bahwa Abu Musa Al-Asyari, Gubernur di Basrah (Irak) di zaman pemerintahan Umar bin Khattab, pernah mengirim surat kepada Khalifah II itu, yang menyatakan bahwa ia telah menerima surat dari Khalifah yang tidak memakai tanggal. Hal ini dirasakan oleh khalifah sebagai sindiran halus tentang penanggalan (kalender) yang seragam, yang dipergunakan sebagai tanggal, baik di kalangan pemerintah maupun kepentingan umum.

Sindiran halus itu mendorong Khalifah Umar untuk memanggil stafnya untuk membicarakan dan memutuskan soal yang dianggap remeh sebelum itu. Tetapi satu-satunya sangat penting dan menentukan yaitu menetapkan penanggalan (kalender) Islam. Soal yang paling menarik dalam pembicaraan itu adalah : dari mana dimulai titik awal atau permulaan tahun baru Islam. Ada empat alternatif yang digunakan, yaitu, pertama dihitung dari lahirnya Nabi Muhammad SAW. Kedua, dihitung dari wafatnya Rasulullah SAW. Ketiga, dihitung dari mulainya Rasulullah menerima wahyu. Keempat, dihitung dari hijrahnya dari Makkah ke Madinah. Usul yang keempat ini menurut catatan riwayat, dimajukan oleh Ali bin Abi Thalib, salah seorang dari staf Khalifah Umar bin Khattab yang termuda saat itu. Setelah didiskusikan secara mendalam, akhirnya disetujuilah usul supaya penanggalan (kalender) Islam yang akan ditetapkan itu dimulai dari tahun hijrahnya Rasulullah dan para Sahabat beliau dari Makkah ke Madinah, yang waktu itu masih bernama Yatsrib, dan kemudian menjadi Madinatul Munawarah, yang artinya kota yang memancarkan cahaya yang terang benderang.

Perbedaan dengan Tahun Miladiyah

Tahun miladiyah (masehi) disebut juga Yulian Era atau Gregorian Era (Calendar). Disebut tahun miladiyah atau masehi sebab awalnya ditetapkan dengan kelahiran Nabi Isa AS (Yesus). Disebut Yulian karena diakui dan dipergunakan sejak berkuasanya Yulius Caesar di Roma, kemudian diubah dengan nama Gregorian Calender, karena terjadinya perubahan tanggal, 4 Oktober 1582 diganti dengan tanggal 15 Oktober 1582. Jadi perhitungan harinya dikurangi 11 Hari. Di saat itu berkuasa Paus Gregory. Sebelum tahun 1582, yang disebut satu tahun adalah lamanya peredaran bumi mengelilingi matahari yang lamanya ditetapkan 365 hari 6 jam. Setelah berjalan perhitungan itu selama hampir 16 abad lamanya, ternyata sudah tepat datangnya musim dingin dan musim panas.

Diketahui tahun itu lamanya peredaran bumi dikelilingi matahari adalah 365 hari, 5 jam, 49 menit dan 12 detik. Jadi dengan penetapan setahun lamanya 365 hari dan sekali 4 tahun menjadi 366 hari, maka perhitungan itu berlebih 10 menit 48 detik.

Kejadian ini dalam 16 abad sudah menjadi 11 hari lamanya. Sebab itu maka para ahli pada tahun 1582 mengubah tanggal 4 Oktober 1582 menjadi 15 Oktober 1582. Inggris baru mengakui perhitungan ini seabad kemudian yaitu pada tahun 1752, sedang Yunani baru mengakuinya pada tahun 1923 silam. Bumi sebagaimana diketahui dalam peredarannya mengelilingi matahari, kadang-kadang tepat yaitu matahari persis garis khatulistiwanya. Sedikit demi sedikit miring ke Utara, sehingga udara bahagian Utara permukaan bumi menjadi panas. Tepat pada tanggal 21 Juni tiba di puncak arah Selatan dan kembali matahari tepat di garis khatulistiwanya kembali. Lalu terus bertambah miring ke Selatan sampai pada kemiringan 231/1 derajat Utara dari bumi (Eropa), dan musim panas di bagian Selatan (Amerika). Dalam hal ini, Allah menjelaskan dalam firman-Nya :

‘’Dia Rabb (yang mengatur) dua Timur dan dua Barat. (QS. Ar-Rahmaan: 17)

Dengan segala perubahan letak bumi itulah diketahui segala macam musim, dan berkembang biaknya binatang, burung, atau ikan laut. Semua itu sangat penting diketahui untuk keselamatan pelayaran, penerbangan atau perkembangan segala yang terdapat di bumi ini.

Tahun Hijriyah

Tahun hijriyah juga disebut dengan Islamic Calendar, dihitung dari lamanya bulan mengitari bumi. Bulan adalah satelit bumi. Ke mana saja bumi beredar, bulan mengikutinya dengan mengitari bumi. Bulan mengitari bumi selama 29 hari, 12 jam, 44 menit dan 2,78 detik. Dalam satu tahun Hijriyah selama 12 kali bulan mengitari bumi, menjadi 354 hari lebih. Kelebihan 44 menit dan 2,78 detik itu dalam 30 tahun menjadi 11 hari. Sebab itu tahun Hijriyah dijadikan tahun pendek dengan umurnya 354 hari. Dan 11 hari dalam 30 tahun dijadikan tahun panjang yang umurnya 355 hari. Bulan Hijriyah ditetapkan umurnya bergilir 29 dan 30 hari. Yaitu bulan Muharram 30 hari umurnya, bulan Syafar 29, Rabbiul Awwal 30, Rabbiul Akhir 29, Jumadil Awwal 30, Jumadil Akhir 29, Rajab 30, Syakban 29, Ramadhan 30, Syawal 29, Zulqaidah 30, dan Zulhijjah 29/28. Di tahun panjang, bulan Zulhijjah dijadikan 30 hari.

Islamic Calendar

Hari bulan hijriyah dihitung dari terjadinya kesejajaran antara bumi, bulan dan matahari, yang disebut ijtimak, sehingga bulan lenyap sama sekali dari pandangan mata. Sebab ketika ijtimak itu, bulan kena sinar matahari menghadap ke matahari dan membelakangi bumi. Dan bila tidak kena sinar matahari tidak kelihatan. Di saat itu berakhirlah bulan dan besoknya dihitung sebagai bulan baru.

Karena sudah tidak sejajar lagi, maka pinggir bulan yang terkena sinar matahari dapat kita lihat dari bumi, sehingga bulan seperti sabit tipis, semakin hari semakin tebal. Tanggal 7 menjadi seperdua bundaran, tanggal 14 menjadi penuh, dinamai bulan purnama. Kemudian berkurang dan berkurang, tanggal 21 menjadi bundaran, dan tanggal 29 lenyap karena kembali sejajar antara bumi, bulan dan matahari.

Dengan demikian kita ingat bahwa antara tahun miladiyah dengan tahun hijriyah terdapat perbedaan umurnya 10, 11 atau 12 hari dalam setahunnya. Namun semua ibadat dalam Islam dipergunakan perhitungan tahun hijriyah. Sebab itulah dinamai juga perhitungan sebagai tahun Islam atau Islamic Calendar.